Nama : Aliecia Cefta Gunawan
Kelas : 9E
Suku Asmat
Penyebaran:
Suku Asmat tersebar dan mendiami wilayah disekitar pantai Laut Arafuru dan Pegunungan Jayawijaya, dengan medan yang lumayan berat mengingat daerah yang ditempati adalah hutan belantara, dalam kehidupan suku Asmat, batu yang biasa kita lihat dijalanan ternyata sangat berharga bagi mereka. Bahkan, batu-batu itu bisa dijadikan sebagai maskawin. Semua itu disebabkan karena tempat tinggal Suku Asmat yang membetuk rawa-rawa sehingga sangat sulit menemukan batu-batu jalanan yang sangat berguna bagi mereka untuk membuat kapak, palu, dan sebagainya.
Keunikan:
Dalam memenuhi kebutuhan biologisnya, baik kaum pria maupun wanita melakukannya di ladang atau kebun, disaat prianya pulang dari berburu dan wanitanya sedang berkerja di ladang. Selanjutnya, ada peristiwa yang unik lainnya dimana anak babi disusui oleh wanita suku ini hingga berumur 5 tahun.
Ciri Fisik:
Penduduk Asmat pada umumnya memiliki ciri fisik yang khas, berkulit hitam dan berambut keriting. Tubuhnya cukup tinggi. Rata-rata tinggi badan orang Asmat wanita sekitar 162 cm dan tinggi badan laki-laki mencapai 172 cm.
Pola Hidup:
Satu hal yang patut ditiru dari pola hidup penduduk asli Suku Asmat,mereka merasa dirinya adalah bagian dari alam, oleh karena itulah mereka sangat menghormati dan menjaga alam sekitarnya, bahkan, pohon disekitar tempat hidup mereka dianggap menjadi gambaran dirinya.
Agama:
Masyarakat Suku Asmat beragama Katolik, Protestan, dan Animisme yakni suatu ajaran dan praktik keseimbangan alam dan penyembahan kepada roh orang mati atau patung.
Sumber: https://id.m.wikipedia.org/wiki/Suku_Asmat
Gambar
Suku Gayo
Penyebaran:
Saat ini orang Bugis tersebar dalam beberapa Kabupaten yaitu Luwu, Bone, Wajo, Soppeng, Sidrap, Pinrang, Sinjai, Barru. Daerah peralihan antara Bugis dengan Makassar adalah Bulukumba, Sinjai, Maros, Pangkajene Kepulauan.
Agama:
Saat ini mayoritas orang Bugis menganut agama Islam (sekitar 99%). Sebelum Islamisasi masyarakat Bugis, telah ada sebagian masyarakat yang menganut agama Kristen abad ke 16 yang dibawa oleh Portugis.
Sumber: https://id.m.wikipedia.org/wiki/Suku_Bugis
Suku Ambon
Penyebaran:
Meskipun suku Ambon berasal dari Kepulauan Maluku, sebagian besar dari mereka tersebar dan membentuk penyebaran bersama orang Maluku lainnya dalam jumlah yang besar di Papua, Jakarta, dan Jawa Barat.[3] Beberapa dari mereka pun membentuk penyebaran besar di Belanda, juga bersama-sama dengan orang Maluku lainnya.
Agama:
Suku Ambon sangat agamawi.[78] Suku Ambon mayoritas beragama Kristen dengan minoritas Muslim yang signifikan. Islam dibawa oleh para pedagang Arab dan Jawa, sementara Kristen datang dalam dua gelombang.Gelombang pertama Kristen adalah dalam bentuk Katolik Roma yang dibawa oleh bangsa Portugis, dilanjutkan oleh Protestan yang dibawa oleh Belanda sejak zaman VOC. Walaupun kedua agama tersebut merupakan agama utama suku Ambon, mereka sendiri masih menjalankan beberapa peninggalan kepercayaan asli mereka, pemujaan roh nenek moyang, yang mereka peluk sebelum datangnya kedua agama tersebut ke Maluku.
Mata pencaharian:
Salah satu dari dua mata pencaharian adati suku Ambon adalah tukang kebun. Suku Ambon menanam berbagai macam sayuran, rempah, dan buah-buahan di ladangnya, di antaranya kasbi (ketela) yang dahulu dibawa oleh Portugis untuk memperbaiki gizi masyarakat setempat
Sumber: https://id.m.wikipedia.org/wiki/Suku_Ambon
Suku Tengger
Suku Tengger atau lazim disebut Jawa Tengger (IPA: /tənggər/) atau juga disebut orang Tengger atau wong Brama adalah suku yang mendiami dataran tinggi sekitaran kawasan pegunungan Bromo-Tengger-Semeru, Jawa Timur, Indonesia.[1] Penduduk suku Tengger menempati sebagian wilayah Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Lumajang, Kabupaten Probolinggo, dan Kabupaten Malang.
Agama:
Agama asli orang Tengger kemungkinan adalah sejenis campuran agama hindu-buddha zaman Majapahit dengan beberapa elemen pemujaan kepada leluhur, berbeda dengan agama Hindu Dharma dari Bali. Agama mereka disebut agama Hindu Jawa atau Buda Tengger, untuk membedakan dengan agama Buda Jawa (kejawen) dan Buda Bali (Hindu Dharma Bali.
Budaya:
Bagi suku Jawa Tengger, Gunung Bromo atau Gunung Brahma dipercaya sebagai gunung suci. Setahun sekali masyarakat Tengger mengadakan upacara Yadnya Kasada atau Kasodo.
Sumber: https://id.m.wikipedia.org/wiki/Suku_Tengger




Tidak ada komentar:
Posting Komentar